Donald Trump, dengan segala kontroversi dan ambisi politiknya, selalu berhasil menarik perhatian dunia. Setelah berhasil memenangkan Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016, Trump mengubah banyak kebijakan yang berdampak tidak hanya bagi rakyat Amerika tetapi juga bagi ekonomi global. Salah satu warisan terbesar yang ditinggalkan Trump adalah kebijakan ekonomi yang lebih proteksionis, dengan penarikan dari berbagai perjanjian dagang internasional dan penerapan tarif impor yang lebih tinggi. Namun, di balik ambisi besar tersebut, kebijakan-kebijakan ini seringkali berdampak buruk pada konsumen, tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Salah satu keputusan yang paling berdampak adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang dimulai pada masa pemerintahan Trump. Kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump terhadap produk-produk China, termasuk barang-barang konsumen sehari-hari seperti elektronik, pakaian, dan mainan, langsung mempengaruhi harga barang di pasar global. Meskipun tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi defisit perdagangan Amerika dan memaksa China untuk memenuhi persyaratan perdagangan yang lebih adil, konsumen di seluruh dunia justru merasakan dampak negatifnya. Harga barang impor meningkat, dan tidak sedikit konsumen yang merasa keberatan dengan lonjakan biaya hidup yang disebabkan oleh tarif impor tersebut.

Selain itu, keputusan Trump untuk menarik Amerika Serikat dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim juga memberikan dampak jangka panjang yang dirasakan oleh konsumen global. Meskipun ini tampaknya lebih berkaitan dengan isu lingkungan, namun kebijakan ini memengaruhi pasar energi global, khususnya harga bahan bakar dan kebijakan energi yang diterapkan oleh negara-negara besar. Dalam jangka panjang, ketergantungan pada bahan bakar fosil yang lebih besar dan pengabaian terhadap energi terbarukan bisa berdampak pada kenaikan harga energi, yang pada akhirnya meningkatkan biaya hidup bagi konsumen. Mengingat energi adalah kebutuhan dasar yang mempengaruhi berbagai sektor, kebijakan Trump ini menyisakan kekhawatiran bagi banyak pihak.

Selain masalah perdagangan dan energi, kebijakan Trump dalam bidang kesehatan juga memberi dampak buruk bagi konsumen, terutama terkait dengan rencana untuk mencabut atau mengurangi cakupan dari Affordable Care Act (Obamacare). Pengurangan akses terhadap layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas tentu memberikan dampak langsung kepada konsumen, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah yang bergantung pada program kesehatan yang lebih terjangkau. Keputusan ini memperburuk ketidaksetaraan sosial, membuat sebagian konsumen semakin terjepit oleh biaya kesehatan yang semakin meningkat, tanpa adanya jaminan dari pemerintah untuk memberikan alternatif yang lebih baik.

Mimpi-mimpi besar yang digadang-gadang Trump untuk "Make America Great Again" ternyata memiliki sisi gelap bagi konsumen global. Kebijakan proteksionis, penarikan dari perjanjian internasional, dan pengurangan akses terhadap layanan dasar seperti kesehatan, memberikan dampak langsung yang merugikan banyak orang. Bagi konsumen, mimpi44 Trump seakan berubah menjadi mimpi buruk, di mana harga barang semakin tinggi, biaya hidup semakin besar, dan ketidaksetaraan semakin lebar. Meskipun Trump berusaha untuk memperkuat posisi Amerika di panggung dunia, dampaknya terhadap konsumen yang sejatinya berperan sebagai pendorong perekonomian global terasa lebih merugikan.